Posted by : Munawir Atjeh
Wednesday, August 17, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bulimia nervosa didefinisikan sebagai kebiasaan makan di mana
penderitanya mengkonsumsi sejumlah makanan dalam jumlah sangat besar, kemudian
mengeluarkan kembali makanan yang telah dikonsumsi dengan cara memuntahkan kembali
atau dengan cara lainnya untuk mengurangi jumlah kalori makanan yang telah
masuk ke dalam tubuhnya. Bulimia nervosa melanda sekitar 1,5% wanita usia
reproduktif. Dari 100.000 populasi, 13 wanita menderita bulimia nervosa per
tahun. Dengan menggunakan kriteria diagnosis yang lebih ketat, rata-rata
prevalensi bulimia nervosa diperkirakan sekitar 1000 per 100.000 (1%).
Sedangkan pada kelompok pria, insiden bulimia hanya terjadi 1/10 dari insiden
pada kelompok wanita, yaitu sebesar 0,1%.
Korban masalah gangguan pola makan atau yang dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai eating disorder sudah banyak sekali, dari kelompok selebriti sampai
orang biasa. Kalau enggak diobati secara serius, gangguan pola makan bisa
mengakibatkan korban jiwa. Remaja, terutama remaja putri, termasuk kelompok
yang rentan terhadap gangguan ini. Mungkin karena remaja berusaha untuk “gaul”
dan cenderung menjadi korban mode yang menuntut seseorang langsing cenderung
kurus.Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan pola makan apabila ia
terobsesi dengan pengaturan makanan dan berat badannya. Mereka melakukan
hal-hal yang ekstrem untuk menjaga berat badannya. Ada dua gangguan pola makan,
anorexia dan bulimia nervosa.
Walaupun belum diketahui secara pasti, ada berbagai teori yang menjelaskan
penyebab kedua gangguan ini. Salah satu teori menyebutkan bahwa penyebabnya
adalah karena cewek-cewek merasa sangat tertekan dengan “kewajiban” untuk
tampil langsing seperti yang dimunculkan oleh televisi dan majalah. Teori yang
menunjuk adanya gangguan pada sebagian fungsi otak yang berkaitan dengan body
image.Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut
riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengonsumsi 3.400 kalori setiap satu
seperempat jam, padahal kebutuhan normal hanya 2.000-3000 kalori per hari).
Kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, dengan
cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Di antara
kegiatan makan yang berlebihan itu biasanya mereka berolahraga secara
berlebihan.
Biasanya
penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia menderita penyakit
ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus. Karena tidak
ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang sering berawal ketika
seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus sampai ia berusia
empat puluhan sebelum ia mencari bantuan.
BAB II
BULIMIA NERVOSA
A.
Pengertian Bulimia
Bulimia nervosa didefinisikan sebagai kebiasaan mengkonsumsi makanan
dalam jumlah banyak (binge) dan mengeluarkan kembali makanan yang sudah
dikonsumsi (purge).
Bulimia diambil dari kata “bull ” (ox ) yang berarti sapi jantan. Kata
ini digunakan untuk menggambarkan kondisi yang sangat lapar disertai nafsu
makan yang sangat besar dan dalam jumlah banyak. Secara normal, makanan yang
telah masuk akan dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh, namun pada penderita
bulimia nervosa, makanan tersebut akan dikeluarkan kembali dengan sengaja untuk
mengurangi jumlah kalori yang masuk.
B.
Gejala dan Penyebab Bulimia Nervosa
Sebagian
besar penderita bulimia nervosa adalah kelompok usia belasan akhir dan 20an
awal. Bulimia nervosa dapat ditemukan pada semua kelas sosial. Sangat jarang
penderita bulimia nervosa yang mengkonsumsi makanan dalam porsi normal. Ketika
sedang berada di tempat umum, penderita bulimia cenderung akan mengkonsumsi
makanan dalam jumlah sangat sedikit, namun ketika sedang berada dalam periode
makan banyak ( binge episode ), mereka dapat mengasup makanan dalam jumlah
besar mulai dari 1000 hingga 50.000 kkal.
Jenis makanan yang dikonsumsi cenderung tinggi lemak dan karbohidrat,
seperti es krim, donat,cake, cookies, milkshake dan cokelat. Mereka
mengkonsumsi makanan dengan tujuan untuk memenuhi keinginan makan (memenuhi
keinginan secara emosional saja), tanpa mempertimbangkan nilai gizi makanan
tersebut. Beberapa hal yang menyebabkan penderita bulimia nervosa mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak yaitu kondisi depresi, stress, frustrasi, kebosanan
serta bisa juga disebabkan karena melihat makanan yang dapat meningkatkan
keinginannya untuk makan. Setelah mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak,
penderita bulimia cenderung akan merasa gelisah, depresi dan merasa bersalah
sehingga mereka akan melakukan berbagai cara untuk kembali mengeluarkan makanan
yang telah dikonsumsi dalam jumlah banyak tadi.
Salah satu cara yang paling sering digunakan yaitu dengan memuntahkan
makanan yang telah dikonsumsi. Namun tidak jarang juga ada yang menggunakan
obat laxative dan diuretik. Beberapa penderita bulimia berusaha melakukan diet
ketat selama beberapa hari hingga beberapa minggu, di sela-sela kebiasaan
makannya yang berlebih. Namun ketika diet ketat gagal dilakukan, penderita
bulimia ini cenderung akan kembali mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan
berlebihan.
C.
Kriteria Diagnosis
Ada 3 kriteria yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bulimia nervosa
menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder ), 1994
a.
persentasi frekuensi makan dalam jumlah besar
serta ketidakmampuan penderita untuk mengontrol kebiasaan makannya dalam jumlah
banyak. Biasanya antara 1000-2000 kkal;
b.
frekuensi perilaku yang dilakukan untuk
mengontrol berat badan dan bentuk tubuh dengan cara mengeluarkan makanan yang
telah dikonsumsi, seperti penggunaan obat laxative, diuretik atau dengan
memuntahkan makanan. Minimal kebiasaan tersebut dilakukan dua kali dalam
seminggu selama 3 bulan;
c.
melihat kebiasaan/perilaku yang dilakukan untuk
mengontrol berat badan (selain dengan mengeluarkan makanan) yaitu dengan
melakukan aktivitas fisik/olahraga serta berpuasa secara berlebihan. Menurut
DSM IV, terdapat 2 macam bulimia yaitupurging bulimia dan non-purging bulimia
·
Purging bulimia
ditandai dengan penggunaan bahan
kimia untuk mengosongkan lambung dan mengeluarkan makanan dari dalam tubuhnya,
seperti penggunaan obat laxative dan diuretik, sedangkan
·
non-purging bulimia
cenderung menggunakan cara-cara alami
seperti dengan berpuasa atau olahraga secara berlebihan.
D.
Pengaruh Bulimia Nervosa terhadap Fisiologis
Tubuh
Komplikasi
fisiologis pada penderita bulimia nervosa dapat mempengaruhi hampir di setiap
sistem dalam tubuh. Mulai dari masalah terkecil seperti luka pada jari tangan
yang disebabkan karena seringnya digunakan untuk merangsang memuntahkan makanan
hingga masalah besar yang bersifat sistemik seperti gangguan elektrolit dalam
tubuh akibat dari kebiasaan mengeluarkan makanan yang terus menerus.
Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan porsi besar dalam waktu singkat pada
penderita bulimia dapat menyebabkan terjadinya pembesaran ukuran lambung secara
akut, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini juga akan mengakibatkan
terjadinya inflamasi pada pankreas, luka pada daerah bagian perut dan terjadi
peregangan ukuran perut, serta peningkatan kecepatan detak jantung karena
pankreas harus bekerja ekstra keras untuk mencernakan makanan dalam jumlah
banyak sekaligus.
Kebiasaan memuntahkan makanan menyebabkan terjadinya luka dan pengikisan
pada esophagus karena pengaruh asam lambung, menyebabkan pengikisan lapisan
gigi, memicu gangguan pada gusi dan proses menelan karena akan berpengaruh
terhadap produksi air liur (saliva). Akibat lainnya yaitu dapat menyebabkan
kehilangan cairan tubuh, dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Penderita bulimia juga dapat merasakan haus yang berlebihan disertai dengan
penurunan jumlah pengeluaran urin dari dalam tubuh, hal ini akan menyebabkan
terjadinya pembengkakan (edema) karena adanya resistensi (penahanan) air di
dalam tubuh. Seringnya memuntahkan makanan juga dapat mengakibatkan kehilangan
ion natrium, kalium dan klor dari dalam tubuh yang dapat menimbulkan gangguan
jantung.
Kematian yang disebabkan karena bulimia nervosa diperkirakan sekitar 3%. Sering
juga terdapat keluhan terjadi penurunan sensitivitas indera pengecap, hal ini
disebabkan karena seringnya reseptor pengecap terpapar oleh asam lambung yang
ikut keluar saat penderita bulimia memuntahkan makanannya, sehingga fungsi
kerjanya ikut menurun.
Penggunaan laxative dalam waktu lama dapat menyebabkan penurunan fungsi
kolon. Selain itu, penggunaan obat-obatan laxative dan diuretic juga dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh, keseimbangan elektrolit,
dehidrasi, malabsorpsi, kram pada perut dan kram otot.
E.
Pengertian Sistem Imunitas
Imunitas adalah adanya resistensi terhadap penyakit, terutama penyakit
infeksi. Sistem imun merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan
terhadap resistensi infeksi. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup
a.
Klasifikasi Sistem Imun
Secara
umum, sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah (nonspesifik) dan sistem
imun didapat (spesifik).
·
Sistem Imun Nonspesifik
Sistem
imun ini selalu ada pada tubuh yang normal dan sehat, siap mencegah mikroba yang
akan masuk ke dalam tubuh dengan cepat. Disebut nonspesifik karena tidak
ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
Tidak menunjukkan kekhususan terhadap bahan asing tertentu dan mampu melindungi
tubuh terhadap banyak patogen potensial. Terdiri atas sistem pertahanan fisik,
biokimia, humoral, dan selular.
-
Sistem pertahanan fisik : kulit, selaput lendir,
silia (rambut getar), saluran nafas, batuk dan bersin;
-
Sistem pertahanan biokimia : pH asam dari
keringat dan berbagai asam lemak yang dilepas oleh kulit yang dapat
mendenaturasikan protein mikroba, lisozim dalam keringat, air ludah (saliva),
air mata, ASI, asam lambung, pH yang rendah pada vagina, spermin dalam sperma
dan mukus kental;
-
Pertahanan humoral : komplemen, interferon dan
protein fase akut - Pertahanan selular : fagosit, makrofag, sel natural
killer (NK) dan sel mast yang berperan
dalam reaksi alergi
·
Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai
kemampuan mengenal benda yang dianggap asing. Disebut spesifik karena sistem
imun ini hanya dapat menyingkirkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya.
Benda asing yang pertama kali masuk ke dalam tubuh akan segera dikenali oleh
sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut.
Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian
dihancurkan. Sistem imun spesifik terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem imun
spesifik humoral dan sistem imun spesifik selular. 1. Sistem imun spesifik
humoral Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau
sel B. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan
berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang
memproduksi antibody. Fungsi utama antibody ini adalah pertahanan terhadap
infeksi infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bulemia adalah penyakit yang akan sering kita jumpai dalam dunia klinis
dan bulemiaadalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan baik. Bulemia biasanya
ditandai denganmemakan makanan yang jauh lebih banyak dari porsi biasanya.
Pasien dengan kondisi seperti inibiasanya memiliki berat badan yang naik turun
dalam batas normal berat badan manusia. Perangsangan muntah yang biasa dilakukan
oleh penderita bulemia biasanya dapatmenyebabkan :
1.Sialadenosis
2.Enamel erosion
3.Calous middlephalanges
Pasien dengan bulemia biasanya juga mengalami abnormalitas pada
keseimbangan cairandan asam basa tubuhnya. Bulemia biasanya dikaitkan juga
dengan keadaan depresi, gangguanpersonality, penyalahgunaan (seperti
penyalahgunaan obat atau alkohol), percobaan bunuh diridan masalah - masalah
keluarga yang terjadi dalam kehidupannya.
Pada dasarnya penyakit bulemia bisa disembuhkan dengan baik, apalagi
ketika bisadidiagnosa dengan dini maka dapat diobati dan disembuhkan dengan
baik. Rata
–
rata secaraumum
pasien bulemia bisa diobati dengan fluoxetine dan CBT, namun demikian
pengobatanyang baik yaitu dengan deteksi sedini mungkin penyakit ini dan
pencegahan kebiasaan dalammakan yang biasa terjadi pada pasien bulemia. Hal
penting lainnya adalah penanganan phisiologiyang penting biasanya dilakukan
pada pasien - pasien yang memiliki gangguan makan danmemiliki gangguan berat
badan, pada pasien seperti ini pengobatan awal biasanya perludilakukan rata
secaraumum pasien bulemia bisa diobati dengan fluoxetine dan CBT, namun
demikian pengobatanyang baik yaitu dengan deteksi sedini mungkin penyakit ini
dan pencegahan kebiasaan dalammakan yang biasa terjadi pada pasien bulemia. Hal
penting lainnya adalah penanganan phisiologiyang penting biasanya dilakukan
pada pasien - pasien yang memiliki gangguan makan danmemiliki gangguan berat
badan, pada pasien seperti ini pengobatan awal biasanya perludilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Fairburn,C,G. dan A.J.Hill. 2005. Eating
Disorder . Dalam Human Nutrition 11 th Edition. London : Elsevier Churchill
Livingstone, 509-512. 2. Marcos A, Pilar Varela, Olga Toro,etal
2.
Evaluation of Nutritional Status by Immunologic
Assessment in Bulimia Nervosa: Influence of Body Mass Index and Vomiting
Episodes. Am J Clin Nutr 1997;66:491S-7S.
3.
Marcos A, Pilar Varela, Irene Santacruz, and
Asuncion Munoz-Velez. Evaluation of Immunocompetence and Nutritional Status in
Patients with Bulmia Nervosa. Am J Clin Nutr 1993;57:65-9.
4.
Baratawidjaja,Karnen Garna. 2006.Imunologi Dasar
Edisi ke-7 Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 5. Miller K. Nutrition and Immunity.
Nutr Bull 1987;49:32-40.